davidmoeljadi.github.io

David's linguistics research and interests

My GitHub Profile

DAS/IND8: Bahasa Indonesia 8

David Moeljadi, semester musim panas 2019–2020

Kamis 11:30–13:00; Křížkovského 14, KC-1.03

Bahasa Indonesia untuk pemelajar tingkat lanjut - Materi Kuliah

Paragraf deskripsi

Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menceritakan, menggambarkan, atau mendeskripsikan suatu objek tertentu secara menyeluruh sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat atau merasakan objek tersebut. Paragraf deskripsi sangat perlu dipelajari oleh penulis novel, sehingga dalam novelnya mereka bisa menggambarkan sebuah tempat atau objek dengan jelas dan pembaca dapat merasakan dan tahu betul keadaan yang sedang digambarkan.

Ciri-ciri:

Paragraf deskripsi ada beberapa jenis:

Paragraf deskripsi objektif

Paragraf deskripsi subjektif

Paragraf deskripsi spasial

Cara menulis paragraf deskripsi:

PR paragraf deskripsi

Sumber:

Paragraf narasi

Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan terjadinya sebuah peristiwa yang berlangsung berdasarkan kronologi atau urutan waktu. Kejadian yang disampaikan di dalamnya berupa cerita nyata (nonfiksi) atau hanya sebuah khayalan saja (fiksi). Paragraf narasi membuat pembaca seakan-akan mengalami sendiri peristiwa yang sedang diceritakan.

Ciri-ciri:

Paragraf narasi ada beberapa jenis:

Paragraf narasi sugestif

Paragraf narasi ekspositoris

Cara menulis paragraf narasi:

PR paragraf narasi

Sumber:

Paragraf eksposisi

Paragraf eksposisi adalah paragraf yang menjelaskan atau memberikan informasi atau pengetahuan dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat. Paragraf ini disusun berdasarkan hasil pengamatan, penelitian, atau pengalaman yang sudah jelas sehingga mempunyai sifat ilmiah atau nonfiksi dan telah didukung oleh data yang valid.

Ciri-ciri:

Paragraf eksposisi ada beberapa jenis:

Paragraf eksposisi definisi

Paragraf eksposisi laporan

Paragraf eksposisi perbandingan

Paragraf eksposisi ilustrasi

Paragraf eksposisi klasifikasi

Paragraf eksposisi proses

PR paragraf eksposisi

Sumber:

Paragraf argumentasi

Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berisi pendapat penulis tentang suatu hal yang disertai dengan data dan fakta agar pembacanya bersikap dan berpendapat seperti penulis. Paragraf ini mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan, sehingga orang akan terpengaruh dan membenarkan pendapat, gagasan, sikap, dan keyakinan penulis. Data dan fakta yang digunakan untuk menyusun wacana atau paragraf argumentasi dapat diperoleh melalui wawancara, angket, observasi, penelitian lapangan, atau penelitian kepustakaan. Pada akhir paragraf atau karangan, perlu disajikan kesimpulan. Kesimpulan ini yang membedakan argumentasi dari eksposisi.

Ciri-ciri:

Pola pengembangan paragraf argumentasi ada beberapa jenis:

Paragraf argumentasi berpola analogi atau perbandingan

Paragraf argumentasi berpola generalisasi atau umum

Paragraf argumentasi berpola sebab-akibat

Paragraf argumentasi berpola akibat-sebab

Langkah-langkah menyusun paragraf argumentasi:

  1. Buat topik
  2. Tetapkan tujuan penulisan
  3. Lakukan observasi lapangan, kumpulkan data
  4. Buat kerangka karangan: pendahuluan, tubuh argumen, kesimpulan
  5. Kembangkan kerangka karangan

Sumber:

Paragraf persuasi

Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi kata-kata ajakan, imbauan, bujukan, atau rayuan kepada pembaca supaya pembaca terpengaruh dan mengikuti apa yang dikehendaki oleh penulis. Paragraf ini didukung oleh fakta dan bukti yang akurat dan kuat. Isi tulisan bersifat subjektif, murni hasil dari pandangan pribadi penulis mengenai suatu topik.

Ciri-ciri:

Beberapa contoh paragraf persuasi:

Paragraf persuasi propaganda

Paragraf persuasi advertensi

Langkah-langkah menyusun paragraf persuasi:

  1. Tentukan topik
  2. Tentukan tujuan
  3. Buat kerangka paragraf
  4. Kumpulkan data
  5. Susun paragraf

Sumber:

Cerita pendek

Cerita pendek atau cerpen adalah cerita yang dibaca sekali duduk, diceritakan dengan pendek atau singkat, biasanya tidak lebih dari 10.000 kata. Ceritanya hanya memusatkan pada satu tokoh, satu kejadian, atau satu permasalahan. Cerpen memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Unsur-unsur intrinsik cerpen:

Unsur-unsur ekstrinsik cerpen:

Sumber:

Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen

Anakku Lusia, Si Putri Kursi Roda

Terik mentari menembus celah pepohonan tempatku berteduh. Kulirik jam tanganku. Sudah lewat tengah hari. Pintu gerbang sekolah anakku belum jua dibuka. Artinya aku belum boleh masuk menjemput Lusia. Padahal sebentar lagi jeda makan siang di kantorku usai.

Ah, biarlah aku terlambat. Biarpun anakku sudah bisa pulang sendiri ke rumah kami yang tak jauh dari sekolahnya, aku tak tega membiarkannya sendirian. Aku takut kejadian beberapa hari lalu terulang lagi.

Waktu itu anak-anak nakal mengejek Lusia ketika dia pulang sekolah. "Tuh lihat si Putri Kursi Roda lewat, awas-awas..kena tabrak baru tahu rasa! Ha ha ha...!"

Lusia tak mau cerita padaku tentang kejadian itu. Namun raut wajahnya yang murung berhari-hari tak bisa membohongiku. Setelah kudesak, barulah dia berkisah dengan berderai air mata.

"Sudahlah Lus, yang penting Mama dan Papa sayang sama kamu. Anak-anak yang mengejekmu belum tentu lebih pintar dan rajin sepertimu," hiburku sembari mengelus-elus rambutnya yang panjang.

"Ya, Ma...Lusia janji akan jadi anak yang baik dan jadi kebanggaan Mama dan Papa," tuturnya. Aku mengangguk pelan. Anganku melayang ke peristiwa dua belas tahun lalu.

Aku dan suamiku duduk terpaku di depan ruang praktik dokter ahli kandungan. Kami harap-harap cemas menanti hasil cek laboratorium. Setelah dua tahun menikah, kami tak jua dikarunai buah hati. Waktu itu memang kami jarang bertemu karena suamiku tugas di luar Jawa.

Namun, lama-kelamaan kami mulai menduga bahwa bukan itu yang membuatku belum juga mengandung. Benar saja. Perkataan dokter waktu itu seakan vonis hakim bagiku: aku tak akan bisa mengandung karena suatu kelainan pada rahimku.

Impianku untuk menimang jabang bayi sontak sirna. Hatiku pilu. Semangat kerjaku menurun. Lebih parah dari itu, aku berhenti berdoa. Kenapa Tuhan membiarkanku mengalami semua ini? Apa salahku? Bukankah selama ini aku sudah berusaha jadi istri yang baik bagi suamiku?

Tiap kali aku melihat rekan kerja atau tetanggaku menimang buah hati mereka, hatiku teriris-iris. Aku merasa diriku bukan wanita sempurna seperti mereka. Kadang kuterisak sembari mengunci diri di kamar.

Untunglah, suamiku selalu menghiburku. "Sayang, kenapa harus sedih? Jangan biarkan dirimu larut dalam tangisan. Kalau Tuhan ijinkan, kita masih bisa jadi orang tua," ujarnya suatu hari. "Ah, jangan beri penghiburan semu untukku," tukasku.

Dengan lembut suamiku menjawab, "Kemarin temanku dari desa menelpon. Dia bilang, ada ibu yang baru saja menyerahkan bayinya. Wanita itu berkata, dia tak punya biaya untuk membesarkan si bayi. Suaminya buruh. Dia sendiri sibuk mengurus tiga anak yang masih kecil. Tak sampai hati dia menelantarkan si mungil."

Aku mendadak bersemangat lagi. "Tapi...," kata suamiku tanpa mau melanjutkan perkataannya. "Tapi kenapa?" selidikku tak sabar. "Sepertinya bayi itu terlahir lumpuh. Mungkin karena terserang penyakit semasa dalam kandungan," lanjutnya dengan suara lirih.

Aku terdiam. Sejenak aku menghela napas panjang. "Kalau memang ini jalan Tuhan, kenapa tidak? Kita bisa jadi orang tua angkat yang baik untuknya," tuturku.

Keputusan kami mengasuh si bayi bukannya tak mendapat ganjalan. Begitu mendengar rencana kami, sebagian kerabat mengernyitkan dahi dan berkata, "Kenapa kalian tidak pilih anak angkat yang normal saja? Buat apa mencari kesulitan yang bisa dihindari?"

Meski begitu, nuraniku dan suamiku tetap berkata "ya" untuk kehadiran si mungil. Apa pun keadaan fisiknya tak sedikit pun memengaruhi niat kami untuk membesarkannya. Hari demi hari, kami curahkan perhatian dan kasih sayang untuknya. Kami beri dia nama yang indah: Lusia.

Tentu tak mudah membesarkannya dan memberinya pengertian untuk menerima keadaan fisik yang berbeda dari teman-temannya. Syukurlah, Lusia tumbuh menjadi anak yang cemerlang dalam belajar.

Juara pertama selalu diraihnya. Lebih dari itu, dia dikenal suka menolong dan mudah bergaul. Sering kali teman-teman meminta bantuannya untuk mengerjakan PR.

"Mama... Lusia tadi baca buku bagus," kisah anakku sepulang sekolah. "Tentang apa, Nak?" tanyaku. "Judulnya kalau enggak salah Ensiklopedi Nama Anak. Terus aku cari namaku di situ. Eh, ketemu...!" jawabnya penuh semangat. "Lusia artinya cahaya. Iya kan, Ma?"

Aku tersenyum. "Iya, Nak. Mama kagum pada semangatmu untuk membaca. Sekarang Lusia makan, ya. Mama sudah siapkan soto kesukaanmu."

"Makasih, Ma. Mama emang baik dan cantik," celetuknya riang.

Sungguh suatu anugerah terindah menjadi ibu, sekalipun bukan ibu kandung, untuk anakku Lusia. Aku sadar, aku hanyalah perpanjangan tangan Tuhan untuk membesarkan Lusia. Aku tahu, akan tiba saatnya bagiku dan suamiku untuk mempertemukan Lusia dengan ibu yang melahirkannya. Aku bayangkan, saat itu akan menjadi saat yang tak mudah bagi kami semua. Ya, saat yang mengharukan sekaligus membahagiakan.

Dalam doa-doa, kubermohon, "Ya Tuhan, biarlah selama dalam dekapanku, anakku Lusia, si Putri Kursi Roda, jadi cahaya yang memberi kehangatan pada dunia."


Sumber:

Puisi

Puisi adalah karangan yang terikat oleh irama dan sajak.

Ciri-ciri puisi:

Berdasarkan zamannya, puisi dapat dibagi menjadi: